Foto: Ketua Yayasan Fatma Visi Sukses Bosman H Sitorus (kiri) menerima bantuan sarana pendidikan yang diserahkan langsung oleh Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau, Ismed Inono (kanan) disaksikan pendiri yayasan Fatmawati dan pembina yayasan Estika Dewi, Rabu (13/4/2016) lalu.
PIRAMIDNEWS.COM - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau menyerahkan bantuan program sosial berupa sarana pendidikan kepada Yayasan Fatma visi Sukses (Yafvis), sebuah yayasan yang bergerak dalam peningkatan pendidikan anak tidak mampu, Rabu (13/4/2016) di yayasan tersebut, Jalan Sari Kencana RT 01 RW 09 Kelurahan Tangkerang Tengah, Marpoyan Damai Pekanbaru, Riau.
Bantuan diserahkan langsung oleh Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau Ismed Inono didampingi staf divisi CSR, Reza Mario Ibrahim, James serta enam mahasiswa yang tergabung dalam GenBi (Generasi Baru Indonesia), mahasiswa penerima beasiswa dari Bank Indonesia Perwakilan Riau.
Sementara dari pihak Yafvis sendiri hadir Pendiri Yafvis, Fatmawati SE, Ak, Ketua Yavfis Bosman H Sitorus, pembina Yavfis Estika Dewi, Ketua RT 01 Marnus Ustha, para tutor, orangtua anak didik serta para anak didik Yafvis.
Dalam kata sambutannya Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau Ismed Inono mengatakan, pemberantasan buta aksara dan pembinaan akhlak terhadap anak dari kalangan warga tidak mampu merupakan tugas mulia dan harus dikerjakan secara bersama-sama.
"Kepedulian pendiri Yafvis Bu Fatma ini merupakan perbuatan yang sangat mulia yang harus didukung semua pihak serta dikerjakan secara bersama-sama agar tetap berkelanjutan. Ini tanggungjawab kita semua," tutur Ismed.
Dipaparkan Ismed, apa yang dialami anak didik Yafvis dengan berbagai persoalan seperti ekonomi, sosial dan psikologis para anak tidak mampu di keluarganya masing-masing yang menyebabkan mereka ketiadaan biaya untuk sekolah, hal ini tidak boleh dibiarkan.
"Jika persoalan itu dibiarkan dan tidak ada yang pihak lain yang peduli melihat kenyataan tersebut, maka mereka akan menjadi generasi yang tidak memimiliki masa depan, mereka dapat menjadi generasi narkoba. Mereka orangtuanya yang bercita-cita agar anaknya menjadi anak yang berhasil dan menjadi kebanggaan orangtuanya, akan pupus," ungkapnya.
Ismed juga berpesan agar anak-anak Yafvis belajar dengan sunguh-sungguh dan selalu berdoa akan kelangsung yayasan yang dikelola Fatmawati, agar mereka menjadi anak yang berguna bagi nusa, bangsa dan agama.
Bantuan diserahkan langsung oleh Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau Ismed Inono didampingi staf divisi CSR, Reza Mario Ibrahim, James serta enam mahasiswa yang tergabung dalam GenBi (Generasi Baru Indonesia), mahasiswa penerima beasiswa dari Bank Indonesia Perwakilan Riau.
Sementara dari pihak Yafvis sendiri hadir Pendiri Yafvis, Fatmawati SE, Ak, Ketua Yavfis Bosman H Sitorus, pembina Yavfis Estika Dewi, Ketua RT 01 Marnus Ustha, para tutor, orangtua anak didik serta para anak didik Yafvis.
Dalam kata sambutannya Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau Ismed Inono mengatakan, pemberantasan buta aksara dan pembinaan akhlak terhadap anak dari kalangan warga tidak mampu merupakan tugas mulia dan harus dikerjakan secara bersama-sama.
"Kepedulian pendiri Yafvis Bu Fatma ini merupakan perbuatan yang sangat mulia yang harus didukung semua pihak serta dikerjakan secara bersama-sama agar tetap berkelanjutan. Ini tanggungjawab kita semua," tutur Ismed.
Dipaparkan Ismed, apa yang dialami anak didik Yafvis dengan berbagai persoalan seperti ekonomi, sosial dan psikologis para anak tidak mampu di keluarganya masing-masing yang menyebabkan mereka ketiadaan biaya untuk sekolah, hal ini tidak boleh dibiarkan.
"Jika persoalan itu dibiarkan dan tidak ada yang pihak lain yang peduli melihat kenyataan tersebut, maka mereka akan menjadi generasi yang tidak memimiliki masa depan, mereka dapat menjadi generasi narkoba. Mereka orangtuanya yang bercita-cita agar anaknya menjadi anak yang berhasil dan menjadi kebanggaan orangtuanya, akan pupus," ungkapnya.
Ismed juga berpesan agar anak-anak Yafvis belajar dengan sunguh-sungguh dan selalu berdoa akan kelangsung yayasan yang dikelola Fatmawati, agar mereka menjadi anak yang berguna bagi nusa, bangsa dan agama.
Terpanggil
Pendiri Yafvis, Fatmawati di hadapan rombongan Kepala Bank Indonesia Perwakilan Riau memaparkan panjang lebar latar belakang didirikannya Yayayasan Fatma Visi Sukses.
Fatmawati merasa terpanggil mendirikan sebuah yayasan yang bergerak dalam pendidikan dan sosial ini ketika melihat orangtua anak asuhnya 'menyalahgunakan' bantuan yang dia berikan.
Sedianya bantuan yang ia berikan setiap bulan untuk pendidikan anak asuhnya, malah digunakan orangtua sang anak asuh untuk keperluan yang sifatnya konsumtif.
Merasa bantuan anak asuhnya kurang tepat sasaran, Fatmawati alumni Akuntansi Universitas Lancang Kuning Pekanbaru ini berpikir bagaimana membuat yayasan yang bergerak dalam pendidikan dan sosial.
Dengan tekad tersebut, Fatmawati yang didukung oleh rekan-rekan yang satu ide dan pemikiran yang sama langsung bekerja cepat dengan mengurus perizinan dan segala sesuatunya.
Setelah itu mendatangi langsung orangtua calon anak didik ke rumah. Tujuannya sekaligus untuk mengetahui apakah calon anak didik memiliki orangtua yang benar-benar tidak mampu menyekolahkan anaknya ke sekolah formal.
"Jika tidak mampu, memang itulah tujuan kita untuk mendidik anak-anak yang memiliki kemauan untuk sekolah, tetapi tidak mampu dalam ekonomi keluarga," kata Fatmawati.
Dari anak-anak yang didatangi tersebut, tidak sedikit di antara mereka yang terpaksa ikut bekerja mencari uang membantu orangtua guna menutupi kebutuhan ekonomi keluarga seperti menjadi tukang parkir, semir sepatu dan berdagang kecil-kecilan serta jadi pemulung.
"Jika bekerja seperti ini, mereka akan dididik oleh lingkungan yang keras, tidak ingat akan masa depan dan akan menjadi gelandangan atau pengemis bahkan bisa terlibat dalam narkoba dan kejahatan lain," ungkap Fatmawati dengan mata berkaca.
Tetapi setelah mereka dididik sudah berjalan lima bulan di Yafvis, pola hidup keseharian mereka telah berubah dan terarah serta memiliki kemauan dan semangat yang tinggi dan cita-cita untuk merubah keadaan diri dan keluarganya menuju ke arah yang lebih baik.
Bentuk Kemandirian
Sementara itu, Ketua Yayasan Bosman H Sitorus menjelaskan, anak didik yang sedang 'ditempa' di Yafvis semula berjumlah seratusan orang, namun seiring waktu pihaknya menyeleksi ketat sehingga saat ini jumlahnya 26 orang dengan usia antara 6 tahun hingga 13 tahun.
"Memasuki tahun ajaran baru ini, sudah ada belasan orangtua yang datang menyatakan akan memasukkan anaknya untuk dididik di Yafvis, namun kita tetap melakukan seleksi ketat karena Yafis memang dikhususkan tempat belajar anak-anak yang berasal dari keluarga yang tidak mampu," ungkapnya seraya menyatakan mereka nantinya akan diupayakan agar juga memiliki izajah sebagaimana di sekolah formal.
Belajar di Yafvis yang seluruhnya gratis ini, jelas Bosman, tetap menggunakan kurikulum sebagaimana di sekolah formal, namun ditambah dengan pelajaran ektra khusus seperti keterampilan dan berkebun."Mereka juga kita ajarkan berbagai keterampilan seperti anyaman dan
mengolah sampah yang tidak berguna menjadi bahan yang bermanfaat. Mereka juga kita didik agar kelak mereka menjadi manusia yang mandiri," tutur Bosman.
Bantuan yang diserahkan pihak Bank Indonesia tersebut berupa 40 buah tas masing-masing lengkap berisi buku, pensil, pena, penghapus, 40 pasang sepatu berikut kaos kaki, 40 unit meja belajar. Selain itu 2 unit lemari steel file cabinet swing blue.
"Pada lain waktu kami akan menyerahkan bantuan lagi kepada Yafvis, tentunya bantuan yang sifatnya benar-benar dibutuhkan oleh para anak didik dan pihak pengelola," pungkas Ismed Inono, pada akhir kata sambutannya. (bin)
Pendiri Yafvis, Fatmawati di hadapan rombongan Kepala Bank Indonesia Perwakilan Riau memaparkan panjang lebar latar belakang didirikannya Yayayasan Fatma Visi Sukses.
Fatmawati merasa terpanggil mendirikan sebuah yayasan yang bergerak dalam pendidikan dan sosial ini ketika melihat orangtua anak asuhnya 'menyalahgunakan' bantuan yang dia berikan.
Sedianya bantuan yang ia berikan setiap bulan untuk pendidikan anak asuhnya, malah digunakan orangtua sang anak asuh untuk keperluan yang sifatnya konsumtif.
Merasa bantuan anak asuhnya kurang tepat sasaran, Fatmawati alumni Akuntansi Universitas Lancang Kuning Pekanbaru ini berpikir bagaimana membuat yayasan yang bergerak dalam pendidikan dan sosial.
Dengan tekad tersebut, Fatmawati yang didukung oleh rekan-rekan yang satu ide dan pemikiran yang sama langsung bekerja cepat dengan mengurus perizinan dan segala sesuatunya.
Setelah itu mendatangi langsung orangtua calon anak didik ke rumah. Tujuannya sekaligus untuk mengetahui apakah calon anak didik memiliki orangtua yang benar-benar tidak mampu menyekolahkan anaknya ke sekolah formal.
"Jika tidak mampu, memang itulah tujuan kita untuk mendidik anak-anak yang memiliki kemauan untuk sekolah, tetapi tidak mampu dalam ekonomi keluarga," kata Fatmawati.
Dari anak-anak yang didatangi tersebut, tidak sedikit di antara mereka yang terpaksa ikut bekerja mencari uang membantu orangtua guna menutupi kebutuhan ekonomi keluarga seperti menjadi tukang parkir, semir sepatu dan berdagang kecil-kecilan serta jadi pemulung.
"Jika bekerja seperti ini, mereka akan dididik oleh lingkungan yang keras, tidak ingat akan masa depan dan akan menjadi gelandangan atau pengemis bahkan bisa terlibat dalam narkoba dan kejahatan lain," ungkap Fatmawati dengan mata berkaca.
Tetapi setelah mereka dididik sudah berjalan lima bulan di Yafvis, pola hidup keseharian mereka telah berubah dan terarah serta memiliki kemauan dan semangat yang tinggi dan cita-cita untuk merubah keadaan diri dan keluarganya menuju ke arah yang lebih baik.
Bentuk Kemandirian
Sementara itu, Ketua Yayasan Bosman H Sitorus menjelaskan, anak didik yang sedang 'ditempa' di Yafvis semula berjumlah seratusan orang, namun seiring waktu pihaknya menyeleksi ketat sehingga saat ini jumlahnya 26 orang dengan usia antara 6 tahun hingga 13 tahun.
"Memasuki tahun ajaran baru ini, sudah ada belasan orangtua yang datang menyatakan akan memasukkan anaknya untuk dididik di Yafvis, namun kita tetap melakukan seleksi ketat karena Yafis memang dikhususkan tempat belajar anak-anak yang berasal dari keluarga yang tidak mampu," ungkapnya seraya menyatakan mereka nantinya akan diupayakan agar juga memiliki izajah sebagaimana di sekolah formal.
Belajar di Yafvis yang seluruhnya gratis ini, jelas Bosman, tetap menggunakan kurikulum sebagaimana di sekolah formal, namun ditambah dengan pelajaran ektra khusus seperti keterampilan dan berkebun."Mereka juga kita ajarkan berbagai keterampilan seperti anyaman dan
mengolah sampah yang tidak berguna menjadi bahan yang bermanfaat. Mereka juga kita didik agar kelak mereka menjadi manusia yang mandiri," tutur Bosman.
Bantuan yang diserahkan pihak Bank Indonesia tersebut berupa 40 buah tas masing-masing lengkap berisi buku, pensil, pena, penghapus, 40 pasang sepatu berikut kaos kaki, 40 unit meja belajar. Selain itu 2 unit lemari steel file cabinet swing blue.
"Pada lain waktu kami akan menyerahkan bantuan lagi kepada Yafvis, tentunya bantuan yang sifatnya benar-benar dibutuhkan oleh para anak didik dan pihak pengelola," pungkas Ismed Inono, pada akhir kata sambutannya. (bin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar